trans4ormed

Panting: Musik Tradisional Khas Kalimantan Selatan yang Memikat

AH
Andriani Hani

Artikel tentang Panting, alat musik tradisional Kalimantan Selatan, dengan pembahasan gamelan, angklung, tifa, talempong, kolintang, Pikon, serta kuliner khas Brengkes Tempoyak dan Otak-otak Palembang.

Indonesia, dengan ribuan pulau dan ratusan suku bangsa, memiliki kekayaan budaya yang tak ternilai, termasuk dalam bidang musik tradisional. Setiap daerah memiliki alat musik khas yang menjadi identitas budayanya, seperti gamelan dari Jawa dan Bali, angklung dari Sunda, tifa dari Papua dan Maluku, talempong dari Minangkabau, kolintang dari Minahasa, Pikon dari Papua, dan Panting dari Kalimantan Selatan. Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang Panting, alat musik tradisional khas Kalimantan Selatan yang memikat, sambil menyoroti perbandingannya dengan alat musik tradisional Indonesia lainnya serta menyentuh kuliner khas seperti Brengkes Tempoyak dan Otak-otak Palembang.

Panting adalah alat musik petik tradisional yang berasal dari suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bentuknya menyerupai gambus atau kecapi kecil, dengan badan terbuat dari kayu ringan seperti kayu nangka atau kayu rambutan, dan senar yang biasanya berjumlah tiga hingga empat buah. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari atau plektrum, menghasilkan suara yang merdu dan khas. Panting sering digunakan dalam berbagai acara adat, seperti pernikahan, khitanan, dan festival budaya, serta menjadi pengiring lagu-lagu daerah Banjar yang syairnya penuh makna kehidupan.

Sejarah Panting tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya Melayu dan Islam yang masuk ke Kalimantan Selatan. Alat musik ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-19, berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam yang dibawa oleh para pedagang dan ulama. Panting awalnya digunakan dalam acara keagamaan dan dakwah, namun seiring waktu, fungsinya meluas ke ranah hiburan dan pelestarian budaya. Dalam perkembangannya, Panting sering dimainkan secara solo atau dalam ensambel kecil bersama alat musik lain seperti gendang dan seruling, menciptakan harmoni yang khas dan memikat pendengar.

Membandingkan Panting dengan alat musik tradisional Indonesia lainnya, kita dapat melihat keunikan masing-masing. Gamelan, misalnya, adalah ensambel musik yang terdiri dari berbagai alat perkusi seperti gong, kenong, dan saron, yang dominan di Jawa dan Bali. Gamelan memiliki skala pentatonik dan digunakan dalam upacara adat, wayang, dan tari tradisional. Sementara itu, angklung dari Jawa Barat terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan, menghasilkan suara gemerincing yang khas. Angklung sering dikaitkan dengan kesenian rakyat dan pendidikan, bahkan diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.

Di wilayah timur Indonesia, tifa menjadi alat musik penting, terutama di Papua dan Maluku. Tifa adalah genderang berbentuk tabung yang terbuat dari kayu dan kulit hewan, dimainkan dengan cara dipukul, dan sering digunakan dalam upacara adat, tarian perang, atau penyambutan tamu. Talempong dari Sumatera Barat mirip dengan gamelan tetapi lebih kecil, terbuat dari kuningan, dan dimainkan dalam ensambel untuk mengiringi tari dan nyanyian Minangkabau. Kolintang dari Sulawesi Utara adalah alat musik perkusi kayu yang disusun berderet, dimainkan dengan pemukul, dan dikenal dengan irama yang cepat dan riang.

Pikon dari Papua adalah alat musik tiup unik yang terbuat dari bambu, menghasilkan suara mirip seruling sederhana, dan sering dimainkan oleh masyarakat pegunungan sebagai hiburan sehari-hari. Sementara Panting, dengan karakter petikannya, menawarkan melodi yang lembut dan mendayu, cocok untuk mengiringi syair-syair puitis. Perbedaan ini menunjukkan keragaman teknik dan fungsi alat musik tradisional Indonesia, di mana Panting menonjol sebagai representasi budaya Banjar yang kaya akan nilai seni dan spiritual.

Panting tidak hanya sekadar alat musik, tetapi juga simbol identitas budaya Kalimantan Selatan. Dalam pertunjukan, Panting sering dipadukan dengan tarian tradisional seperti Tari Japin atau Tari Baksa Kembang, menciptakan pertunjukan yang holistik dan menghibur. Para pemain Panting, yang disebut "pantinger", biasanya adalah seniman senior yang mewarisi keahlian ini secara turun-temurun, menjaga kemurnian teknik dan repertoar lagu. Dewasa ini, upaya pelestarian Panting dilakukan melalui sanggar seni, festival budaya, dan pengajaran di sekolah, untuk memastikan generasi muda tetap mengenal dan mencintai warisan ini.

Selain alat musik, Kalimantan Selatan dan sekitarnya juga terkenal dengan kuliner khas yang menggugah selera, seperti Brengkes Tempoyak dan Otak-otak Palembang. Brengkes Tempoyak adalah pepes ikan yang dimasak dengan tempoyak (durian fermentasi), memberikan cita rasa asam dan gurih yang unik, sering disajikan dalam acara adat atau keluarga. Otak-otak Palembang, meski berasal dari Sumatera Selatan, populer di Kalimantan sebagai jajanan pasar, terbuat dari ikan tenggiri yang dihaluskan dan dibungkus daun pisang, lalu dibakar atau dikukus. Kedua hidangan ini mencerminkan kekayaan kuliner Nusantara yang sejalan dengan keberagaman musik tradisional.

Dalam konteks modern, Panting menghadapi tantangan seperti globalisasi dan minimnya minat generasi muda. Namun, inovasi seperti penggabungan Panting dengan musik kontemporer atau digitalisasi rekaman lagu tradisional dapat menjadi solusi. Penting untuk mendukung seniman lokal dan mengintegrasikan pembelajaran Panting dalam kurikulum budaya. Dengan demikian, Panting tidak hanya tetap hidup sebagai alat musik, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan untuk masa depan.

Secara keseluruhan, Panting adalah permata musik tradisional Indonesia yang patut dibanggakan. Keunikan suaranya, sejarahnya yang kaya, dan perannya dalam budaya Banjar membuatnya layak untuk dieksplorasi lebih dalam. Dengan membandingkannya dengan gamelan, angklung, tifa, talempong, kolintang, dan Pikon, kita dapat menghargai betapa beragamnya khazanah musik Nusantara. Mari kita jaga dan lestarikan Panting bersama-sama, sambil menikmati kelezatan Brengkes Tempoyak dan Otak-otak Palembang sebagai bagian dari pengalaman budaya yang utuh. Untuk informasi lebih lanjut tentang budaya Indonesia, kunjungi situs kami dan temukan artikel menarik lainnya.

Dalam era digital, pelestarian budaya seperti Panting dapat didukung melalui platform online yang menyediakan akses ke konten edukatif. Misalnya, sumber daya budaya dapat membantu menyebarkan pengetahuan tentang alat musik tradisional ini. Selain itu, partisipasi dalam festival atau lokakarya seni dapat memperkuat apresiasi masyarakat. Dengan upaya kolektif, Panting akan terus memikat hati dan menjadi simbol kebanggaan nasional, mengingatkan kita akan pentingnya merawat warisan leluhur di tengah arus modernisasi.

musik tradisional indonesiagamelanangklungtifatalempongkolintangPikonPantingBrengkes TempoyakOtak-otak Palembangalat musik Kalimantanbudaya Banjarkesenian tradisionalwarisan budaya

Rekomendasi Article Lainnya



Trans4ormed mengajak Anda untuk menyelami keindahan musik tradisional Indonesia, dari dentuman Gamelan yang megah, gemerincing Angklung yang menenangkan,


hingga ritme Tifa yang memukau. Setiap alat musik tradisional seperti Talempong, Kolintang, Panting, dan Pikon memiliki cerita dan keunikan tersendiri yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.


Kami berkomitmen untuk melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya ini kepada dunia melalui konten yang mendalam dan informatif.


Jelajahi lebih lanjut tentang musik tradisional Indonesia dan temukan bagaimana setiap nada dapat membawa kita lebih dekat kepada alam dan sejarah nenek moyang kita di trans4ormed.com.


Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional dan pendekatan modern, Trans4ormed menjadi jembatan antara generasi muda dan warisan budaya yang tak ternilai. Mari bersama-sama menjaga dan merayakan keindahan musik tradisional Indonesia untuk generasi mendatang.